Bukber di Masjid Baiturrahman Busu Lebih dari Sekadar Membatalkan Puasa

Menjelang datangnya bulan suci Ramadhan, ada satu agenda rutin yang selalu dinantikan oleh warga Dusun Busu, Desa Slamparejo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang: Buka Bersama di Masjid Baiturrahman. Namun, jangan bayangkan Bukber ini seperti umumnya — karena di sinilah, Bukber menjadi lebih dari sekadar makan bersama.

Setiap tahunnya, acara ini bukan hanya mengundang warga kampung, tapi juga melibatkan lintas komunitas dan para mahasiswa yang pernah mengabdi di Dusun Busu. Mereka yang pernah KKN, PKL, hingga kegiatan pengabdian masyarakat di dusun ini, diundang kembali untuk hadir — tak hanya sebagai tamu, tapi sebagai bagian dari keluarga besar Busu.


Inilah momen yang dirindukan: buka puasa dengan rasa kekeluargaan yang begitu kuat. Banyak dari para mahasiswa itu yang telah lulus bertahun-tahun lalu, namun kembali hadir, menyambung silaturahmi, berbagi tawa, dan mengenang hari-hari penuh makna saat mengabdi di kampung sederhana ini. Bukber pun tak ubahnya ajang reuni hangat, bukan hanya antar warga, tapi juga antar generasi.

Yang menjadikan Bukber Baiturrahman semakin istimewa adalah partisipasi warga yang luar biasa. Tak sedikit dari mereka yang menyumbangkan hasil bumi—sayuran, ketela, pisang, cabai, daun singkong, dan rempah-rempah dari kebun mereka sendiri. Semua dimasak bersama, dinikmati bersama. Sederhana, tapi penuh keberkahan.


“Bukan soal mewahnya menu, tapi hangatnya kebersamaan,” ujar salah satu panitia. Dan memang itulah esensi dari buka bersama ini. Kehangatan terasa di setiap sendok nasi, di setiap tawa yang pecah di halaman masjid, dan di setiap pelukan yang mempertemukan kawan lama.


Dalam dunia yang semakin individualistis, Bukber di Masjid Baiturrahman Busu mengajarkan kita satu hal penting: bahwa berbuka puasa bisa menjadi jembatan silaturahmi, bisa menjadi ruang temu lintas waktu, lintas profesi, bahkan lintas kota.

Di Busu, berbuka puasa bukan hanya soal membatalkan lapar dan dahaga, tapi juga soal menyambung rasa, menyatukan jiwa.

0 Comments:

Posting Komentar