KECAMATAN JABUNG | KAMPUNG ADAT | DUSUN BUSU MALANG | KABUPATEN MALANG

Breaking

Kampung adat jaman dulu dimana ada busu pada masa lalu tanpa adanya penerangan. dan merasakan keadaan kampung masa itu
Pawai wayang orang di kampung adat
Penampilan para pemain ludruk organik yang pemainya dari warga kampung dan basik mereka bukan pemeran seni
Pertujukan wayang kulit oleh dalang cilik.

Minggu, 07 Januari 2024

Acara adat di pundhen desa yang masih asri yang ada di kabupaten malang

1/07/2024 10:30:00 PM 0
Acara adat di pundhen desa yang masih asri yang ada di kabupaten malang

Acara adat di pundhen desa yang masih asri yang ada di kabupaten malangMbok Rondo kuning merupakan nama situs situs yang berada di dusun Busu, masyarakat menyebut situs ini sebagai danyangan. Berlokasi di wilayah RW 5, Danyangan Mbok Rondo Kuning ini begitu asri dengan jahitan sungai kecil yang airnya begitu jernih.

Masyarakat Busu sangat menjaga tempat ini, dengan kearifan lokal masyarakat terus menyulam kesakralan punden dengan ritual ritual2 desa. Terlebih saat bersih desa, masyarakat desa busu akan memadati lokasi danyangan untuk melakukan barikan dan slamatan.


Mbah Yasin, atau Mbah Usup selalu menjadi pembuka doa ritual ini. Lokasi danyangan mbok rondo kuning ini bisa saja di sebut Hutan desa, karena rimbunan bambu dan bermacam pepohonan tumbuh subur menjulang, menambah rimbum dan keasrian lokasi punden yang kurang lebih 1000 meter persegi ini. Adapun macam-macam pohon yang tumbuh subur di lokasi punden ini adalah pohon Kemiri, duren, klampok watu, jati, lantoro, sengon tekek, randu, wet aren, beringin, mahoni, kayu nyampo, kayu kembang, kayu loe, manggis,  randu alas, sukun, rambutan, pandan alas, coklat, kayu Geduyo, puleh, jambe. 

Selain pepohonan kayu keras, keasrian Punden Mbok Rondo Kuning desa Busu di tumbuhi empat atau lebih jenis bambu, diantaranya adalah Bambu petung, bambu ampel, bambu ori, dan bambu  apus. Dan yang menambah keeksotikan lokasi punden ini, adalah bebatuan besar yang tersebar di lokasi ini. Sangat menarik untuk diabadikan lewat kamera. Bebatuan bekas aliran lahar ini menjadi satu bebatuan yang menjaga akar akar kayu dan bambu untuk menjadi jalannya sumber mata air dusun Busu.

Meski lokasi ini di sakralkan, namun ada saja orang orang yang tidak bertanggung jawab menebang bambu sembarangan. Untuk menjaga keasrian dan kerimbunan pepohonan danyangan mbok rondo kuning, perlu satu kesepakatan bersama dalam menjaganya. Karena kita tahu bersama, dengan terjaganya pepohonan dan rimbunan bambu di wilayah Hutan desa ini, maka mata air akan ikut terjaga. Dengan begitu, ketika masa kemarau, masyarakat busu tetap bisa menikmati beningnya mata air dengan terjaganya pepohonan dan bambu di wilayah danyangan Busu. Mari kita jaga dan lestarikan demi air kehidupan terus mengalir.
Penulis : Hisam
Foto : Sam Fuad

Kamis, 04 Januari 2024

Pundhen Mbok Rondo Kuning Ing Kampung Adat

1/04/2024 05:58:00 AM 0
Pundhen Mbok Rondo Kuning Ing Kampung Adat

Keberadaan wilayah tangkapan air dan sumber mata air menjadi satu lokasi yang mana musti terus di lestarikan. Karena dengan keberadaan sumber mata air ini maka kehidupan sebuah kelompok masyarakat akan terus berjalan. meski di era saat ini banyak mata air yang di privatisasi atau bahkan rusak dan hilang karena kecerobohan manusia. Namun, di Busu, desa Slamparejo, Kecamatan Jabung, kabupaten Malang, beruntung masih mempunyai sumber-sumber mata air yang selama ini di gunakan dan menjadi tumpuan kehidupan masyarakat dusun Busu.



Dusun Busu, yang lokasinya berdekatan dengan hutan sangat di untungkan, karena sumber mata air melimpah, namun begitu. Keberadaan mata air di wilayah dusun Busu dari tahun ke tahun mulai menyusut. Beberapa puluh tahun yang lalu, sungai yang membelah dusun ini melimpah akan air bersih. Saat ini sungai ini hanya mengalir di saat penghujan saja.

Dengan keadaan inilah, banyak pemerhati lingkungan dan adat istiadat di Busu yang beberapa tahun ini mulai bergerak menata dan mencoba reboisasi di titik-titik sumber mata air. Adapun sumber mata air yang selama ini di manfaatkan oleh masyarakat Busu yaitu, sumber Uripi (Ripi), Sumber Kali Pakel, Sumber Leses, Sumber Danyangan, dan Sumber Wedus.

Sumber sumber inilah yang selama ini menjadi tuk mata air bagi masyarakat Busu, namun, ada satu mata air yang saat ini sudah tidak bisa di manfaatkan lagi oleh warga, yaitu sumber wedus, yang mana lokasi keluarnya mata air itu telah di beli oleh warga Asing, dan otomatis prifatisasi mata air terjadi di Sumber Wedus. Patut disayangkan, namun bubus telah menjadi nasi..

Kebutuhan air bersih di dusun Busu,  terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi dan penduduk dusun Busu yang saat ini lebih dari 1000 KK. Oleh karena itulah, dalam menjaga dan merawat sumber mata air di wilayah Busu sangatlah urgen dan penting. Meski begitu, masih banyak masyarakat yang tidak menyadari pentingnya menjaga ekologi sekitar mata air. Hal ini terbukti di wilayah Sumber Punden, yang mana banyak masyarakat yang menebang bambu di lokasi ini.

Bambu sendiri adalah tumbuhan yang sangat bagus untuk menyerap dan menampung air, dan pastinya sebagai media penangkap dan penyimpan air tanah. Beberapa penggiat lingkungan secara seporadis melakukan reboisasi di wilayah mata air. Walau terkadang, ponjoannya (tanaman) bibit pohon mati atau sengaja di matika oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab. Untuk itulah perlunya sosialisasi pentingnya konservasi ekologi mata air, atau sebuah gerakan dalam menjaga keberlanjutan mata air di wilayah dusun Busu, yang melibatkan semua elemen masyarakat Busu.


Dengan niatan itulah, para penggiat Adat istiadat dan lingkungan serta relawan Busu, mencoba menginisiasi sebuah kegiatan Budaya adat Istiadat di wilayah Sumber Danyangan. Pemilihan tempat ini bukan karena alasan, salah satunya adalah untuk merawat keberadaan Punden atau Danyangan yang mana menjadi punjer jatidiri masyarakat Busu. Dan kebetulan, Danyangan mempunyai wilayah yang sangat luas yang mana oleh masyarakat di canangkan sebagai Hutan Desa.


Untuk itulah even Budaya bertajuk Tepung Sedulur Punden Mbok Rondo Kuning’ menjadi satu kegiatan dalam penguatan dan pemulaan dalam ngopeni Punden serta mata air di lokasi tersebut, dengan memperkuat kembali norma norma adat istiadat wilayah danyangan. Kegiatan yang di inisiasi oleh Unmer dan para penggiat Adat Istiadat Busu ini merupakan awal sebuah konsep berlanjutan yang mana harapannya dengan di openi dan di rawatnya punden dengan media Budaya adat istiadat ini akan membawa dampak nyata pada masyarakat busu. Mata air, ekologi terus terjaga, pemberdayaan ekonomi warga juga akan nyata.


Inilah sebuah krentek dalam mengenalkan Busu, yang mana selama ini telah di kenal luas dengan kegiatan-kegiatan Budaya di wilayahnya, dan saat ini masyarakat Busu mencoba mengenalkan Adat Istiadat dan ekologi yang berada di punden Busu untuk nantinya di wariskan pada anak-cucu.   



Kamis, 23 Desember 2021

Tradisi dan Kearifan Lokal Membuat Rumah

12/23/2021 06:35:00 AM 0
 Tradisi dan Kearifan Lokal Membuat Rumah
Foto Istimewa (udsregepcom)


Rumah merupakan tempat berlindung dari panas dan hujan bagi manusia. Selain untuk tempat beristirahat serta berlindung dari cuaca, Rumah oleh manusia juga biasa di gunakan sebagai fungsi sosial, juga sebagai bagian tidak terpisahkan perjalanan hidup manusia yang menempatinya. Rumah bagi masyarakat terutama masyarakat Jawa, mempunyai fungsi yang lebih luas dan menjadi satu tempat sarana menggapai kedamaian.

Rumah merupakan kebutuhan utama mahluk hidup, kebutuhan primer. Dan didalam masyarakat jawa ada aturannya ketika ingin mendirikan sebuah rumah. Aturan ini telah turun temurun diwariskan dari lisan oleh para leluhurnya. Begitu pentingnya sebuah rumah untuk keberlanjutan kehidupan manusia, oleh karena itu dalam membuat rumah tidak asal, ada tata laku yang dari dahulu terus dilakukan oleh sebagaian masyarakat.

Dari awal rencana membangun rumah, tradisi yang berkembang di masyarakat yaitu melaksanakan tradisi leluhur diawali mencari hari baik untuk dimulainya membangun sebuah rumah. Bukan hanya itu, setelah hari baik didapatkan masyarakat dalam mengumpulkan bahan kayu ataupun bamboo juga harus berdasar ketentuan hari baik.

Harapan dari ketentuan yang ada dalam tradisi membangun rumah ini tak lain adalah salah satu usaha untuk mencapai keberkahan dan kebaikan selama proses pembuatan hingga nanti rumah telah dihuni dan digunakan. Diantara tradisi yang ada dalam proses membangun rumah yaitu dimulai dari mencari hari baik, selamatan mendirikan pondasi pertama, menaikan blandar, dan tradisi ketika rumah telah selesai dibangun dan pertama akan ditempati.

Tradisi dan Kearifan ini sangat sarat makna, dan mempunyai filosofi hingga pengharapan serta doa doa kebaikan dari tiap ritualnya. Selain doa doa masyarakat jawa juga biasa menghadirkan bermacam bentuk cawisan atau sesaji yang intinya sebagai pengingat dan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa.

 

A.  Hari Baik

Tradisi awal sebelum membangun rumah, masyarakat bisanya menyiapkan atau mencari hari kapan rumah akan didirikan. Tidak sulit untuk mencari hari baik ini, biasanya masyarakat mempercayakan kepada orang yang telah mengerti dan tahu hitungan jawa. Mereka tinggal minta tolong dihitungkan dan dicarikan hari baik mendirikan rumah.

 

Ada pola dalam mencari hari baik berdasarkan hitungan hari serta pasaran dalam penanggalan Jawa. Biasanya perhitungannya adalah, jumlah neptu dikurangi kelipatan lima. Misal rumah akan didirikan Minggu Pon maka jumlah nilai hari dan neptunya = 7 + 5 = 12. Dikurangi 5 sisa 7 dan dikurangi 5 lagi sisa 2 yang dinamakan Yasa atau akan mendapatkan kejayaan buat penghuninya. Untuk mempermudah pemahaman, berikut saya cantumkan neptu dan pasaran yang biasa digunakan dalam masyarakat.

 

Neptu dan pasaran hari:

Senin 4, Selasa 3, Rabu 7, Kamis 8, Jumat 6, sabtu 9, Minggu 5 dan pasaran hari Kliwon 8, Legi 5, Pahing 9, Pon 7, Wage 4.

 

Setelah jumlah neptu dan pasaran ditemukan maka tinggal membaginya seperti hitungan diatas yang nanti akan didapati hasil seperti berikut:


1.   Dinamakan Kerta yang mempunyai arti akan mendapat kekayaan.

2.   Dinamakan Yasa  artinya mendapat kejayaan.

3.   Dinamakan Candi artinya mendapatkan keberuntungan.

4.   Dinamakan Rogoh artinya nantinya akan sering kemasukan Maling.

5.   Dinamakan Sempoyong artinya nantinya akan sering berpindah-pindah rumah.

 

B.  Mendirikan Pondasi

 

Inilah awal dimulainya mendirikan bangunan rumah, dan pondasi pertama yang dipasang dalam tradisi masyarakat jawa selalu diawali dengan selamatan. Biasanya selamatan ini secara sederhana yang dihadiri oleh tuan rumah dan beberapa tetangga serta tukang yang akan mengerjakan pembangunan rumah tersebut. Biasanya selamatan yang dilaksanakan awal buka dan pasang pondasi ini adalah selamatan jenang sengkolo.

Jenang Sengkolo atau jenang merah putih ini mempunyai arti keselamatan, dan dijauhkan dari “sengkolo” bahaya. Bisa dimaknai bila selamatan dalam membuka dan memasang pondasi dengan selamatan jenang sengkolo ini adalah harapan dimudahkan dan dijauhkan dari bahaya selama proses pembangunan rumah.

 

C.  Menaikan Blandar (kuda-kuda)

Setelah bangunan rumah berjalan dan hampir selesai, tahab paling penting adalah menaikan Blandar (kuda-kuda) penopang usuk genting. Tahap ini biasa dilakukan saat proses pembuatan rumah  sudah setengah jadi dengan bangunan tembok yang hampir seluruhnya selesai, tinggal kuda-kuda ini. Sebelum belandar dinaikan, selamatan kembali dilaksanakan. Tradisi ini dikenal dengan selamatan munggah Blandar, berbagai ubo rampe pun disiapkan, yaitu kelapa, seikat padi, pisang satu tundung, bendera merah putih, dan gandok berisikan beras.

 

Setelah didoakan oleh tetua atau sesepuh yang dimandati untuk mendoakan, maka segala macam ubo rampe ini turut dinaikan ke atas bersamaan dengan belandar dengan cara diikat diBelandar. Terletak di tengah belandar dimana tiap sambungan kayu belandar menyatu, disitu ubo rampe tadi diikatkan. Biasanya, hingga rumah sudah jadi seluruhnya uborampe yang masih tertinggal adalah gandok dan padi yang seikat. Adapun makna tiap ubo rampe yang disertakan dalam selamatan munggah blandar itu adalah sebagai berikut.

 

a.   Padi yang diikat

Menggambarkan suatu sumber kekuatan dan kehidupan, maka padi dalam upacara ini dimaknai sebagai doa atau harapan nantinya penghuni rumah selalu diberi kekuatan dan kehidupan yang damai, sejahtera.

 

b.   Gendok dan berisi beras

Gendok yang merupakan wadah beras, dimaknai bahwa rumah yang dibuat ini akan selalu dapat mensejahterakan penghuninya, atau tidak sampai kekurangan pangan dan selalu dalam kemakmuran.

 

c.   Pisang

Pisang yang dalam bahasa jawanya yaitu Gedang mempunyai makna Padang (bahasa Indonesia-Terang), maka pisang dalam upacara munggah blandar ini dimaknai satu pengharapan nantinya membawa suasana terang bagi penghuninya (tidak singup).

 

d.   Kelapa

Biasanya kelapa yang digunakan adalah kelapa Cengkir kuning, yang mempunyai makna kuning sebagai keceriaan. Oleh sebab itu, kelapa disini mempunyai perlambang bahwa nantinya ketika rumah telah digunakan, penghuninya dalam keadaan ceria atau bahagia selalu.

 

e.   Tebu

Tebu sendiri adalah tanaman yang menggandung air yang manis, maka gambaran dari tebu dalam upacara ini tak lain adalah nantinya diharapkan rumah baru ini membawa kebahagiaan dan kemanisan penghuninya, yang juga bisa dimaknai permohonan kebahagian dalam menempati rumah baru ini.

 

f.     Kain warna merah dan putih.

Biasaya kain ini dikibarkan ataupun terkadang ada yang diikatkan langsung pada kayu blandar. Makna dari kain dua warna ini adalah sebagai penolak balak, dan ada yang mengartikan sebagai penyeimbang antara baik dan buruk. Dan harapanya nantinya rumah baru ini selalu bisa memberikan kedamaian bagi penghuninya.


D.  Upacara Masuk Rumah

 Setelah pembangunan rumah finis dan selesai, maka biasanya masyarakat akan melakukan tradisi masuk rumah. Tradisi ini masih terlihat,namun, ada kalanya dipersingkat, dalam arti ada beberapa ritual yang ditiadakan. Salah satunya adalah ritual sapu halaman, yaitu pertama akan memasuki rumah baru, calon penghuni bersama keluarganya membawa sapu lidi akan menyapu halaman rumah. Adapun makna dari sapu lidi ini adalah membuang atau menyingkirkan sebagala bala aatu keburukan disekitar rumah. Prosesi masuk rumah memang ada beberapa alat atau pelengkap, antara lain bantal, Guling, tikar (kloso), siwur dan Pendaringan (wadah beras).

 

Namun, sebelum prosesi memasuki rumah ini, biasanya calon penghuni rumah akan memilih hari baik, dan ini biasanya ditanyakan pada sepuh atau modin yang mengerti hitungan hari baik. Setelah hari baik ketemu, tidak lupa waktu juga ditentukan, semisal senin siang sebelum lohor (tengah hari) harus masuk rumah. Dan juga ada ketentuan masuk rumah dari arah mata angin tertentu yang mana sudah ditentukan saat ditetapkan hari baik tersebut.

 

Dari semua prosesi dan alat yang dibawa ketika masuk rumah tersebut semata sebagai harapan kebaikan dan kelancaran tidak ada halangan nantinya ketika telah digunakan rumah baru tersebut. Bantal dan tikar dimaknai bila nantinya sang penghuni akan kerasan dan nyaman kala menempati rumah. Siwur yang mana alat mengambil air dan Pendaringan (tempat Beras) penggambaran nantinya diharapkan keluarga tidak kekurangan penghidupan.

Sabtu, 27 November 2021

Pagelaran Wayang Kulit Lintas Generasi dan Lintas Wilayah ing Kampung Adat

11/27/2021 12:48:00 AM 1
Pagelaran Wayang Kulit Lintas Generasi dan Lintas Wilayah ing Kampung Adat

Kami dari paguyupan kawula alit, rakyat jelata, dan manusia pinggiran, masih memiliki hak yg sama untuk memeperingati hari jadi tanah kelahiran kami, dimana kami hidup dan dibesarkan.

Tanah ini milik leluhur kami,

Maka sudah pantas jika kami merayakan dengan mengenalkan kembali pitutur beliau (para leluhur) dengan seni tradisi “Wayang Kulit” (tontonan kang dadi tuntunan)

Dari Kami, Oleh Kami, Untuk Kabupaten Malang

Sak Derma Netepi Dharmaning Gesang

Disini kita lahir..

Disini kita besar..

Disini kita dan handai taulan mengais hidup..

Jadi pantas jika kita mengucap syukur atas hari jadi tanah tercinta ini.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Peringatan Hari Jadi Kabupaten Malang yang ke 1261 dan Peringatan Hari Dongeng Nasional mempersembahkan Wayang Kulit Lintas Generasi Lintas Wilayah  dalam lakon 

" Kawula  Labuh Praja" 
--------------------------------------

Ki Zulfikar (dalang cilik pakis)

Ki Muhammad Anwarudin (dalang muda jabung)

Ki Supriono S.Sn (Tumpang)
--------------------------------------

Tanggal: 28 November 2021

Hari : Minggu Pon Malam Senin Wage

Jam: 19.00 WIB

Lokasi: Latar Srawung Kampung Treteg Busu

Untuk Lebih Lengkapnya Silahkan Menghubungi Nomer di Bawah ini :


---------------------------------

082131031007 (Abiet)

---------------------------------

Pagelaran Wayang Kulit Lintas Generasi dan Lintas Wilayah ing Kampung Adat Malang

Senin, 19 Oktober 2020

Pengabdian Masyarakan Untuk Preman Mengajar Oleh Universitas Negeri Malang

10/19/2020 07:11:00 PM 0
Pengabdian Masyarakan Untuk Preman Mengajar Oleh Universitas Negeri Malang

Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur kemandirian suatu bangsa. Hal ini dikarenakan pendidikan akan berkorelasi positif dengan tingkat kesejahteraan rakyat. Indonesia dengan jumlah penduduk yang banyak dan didukung oleh sumber daya alam yang melimpah, nyatanya tidak diikuti oleh tingginya tingkat kesejahteraan rakyatnya. 



Tim dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Malang (UM) melaksanakan pengabdian masyarakat dengan judul Edukasi dan Pendampingan Materi Pelajaran Dasar Berbasis STEM (Science Technology Engineering Mathematics) untuk Komunitas Preman Mengajar sebagai Upaya Peningkatan Kompetensi dan Sumber Daya Pendidik di Lembaga Pendidikan Informal.


Kegiatan ini bertempat di Dusun Busu, desa Slamparejo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang. Berlangsung 2 kali pertemuan yaitu pada tanggal 10 dan 17 Oktober 2020. Dusun Busu sendiri berjarak sekitar 22,6 Km dari Universitas Negeri Malang.


Pada tanggal 10 Oktober kegiatan di mulai dengan memberikan pelatihan kewirausahaan dengan membuat mie yang sehat oleh Bapak Agung Witjoro S,Pd M.Kes, Kemudian dilanjutkan dengan motivasi  Peserta oleh kakak mahasiswa. Jumlah peserta yang hadir 30 orang, sebagian besar dari Pengajar Pendamping dari Gubuk Baca Lereng Busu dan juga Preman Mengajar.

Kegiatan Pada tanggal 17 Oktober 2020 di buka dengan penampilan tari dari Gubuk Baca Lereng Busu. Kemudian di lanjutkan pendalaman materi STEM (Science Technology Engineering Mathematics) oleh Ibu Kennis Rozana S.Pd, M.Si selaku Ketua Pengabdian dari Universitas Negeri Malang.



"Rendahnya kesejahteraan rakyat Indonesia disebabkan oleh tidak meratanya akses pendidikan pada beberapa daerah di Indonesia. Berawal dari kondisi pendidikan di Indonesia tersebut, lahirlah komunitas sosial PREMAN MENGAJAR yang peduli dengan hak- hak pendidikan anak- anak di pelosok daerah. Niat mulia PREMAN MENGAJAR untuk membantu anak- anak di pelosok daerah yang tidak mendapat akses pendidikan nyatanya tidak diikuti oleh kemampuan dan keterampilan PREMAN MENGAJAR yang memadai." 



Melalui sistem pendampingan sistematis yang mengkombinasikan keterlibatan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) yang terdiri dari pelatihan teknik dasar mengajar, pendampingan pemahaman materi dasar, teknik evaluasi, teknik belajar menyenangkan dan kontekstual, hingga pendampingan pengembangan minat bakat peserta didik diharapkan peran komunitas PREMAN MENGAJAR yang bergerak di bidang pendidikan dapat tercapai dengan optimal. 


Pada akhirnya, peningkatan pemahaman materi dan keterampilan mengajar dari anggota komunitas PREMAN MENGAJAR ini akan berdampak pada peningkatan akses pendidikan di pelosok daerah yang belum terjangkau.


Tujuan besar dari edukasi dan pendampingan materi pelajaran dasar bagi anggota komunitas PREMAN MENGAJAR ini adalah memberikan edukasi dan pengetahuan bagi anggota komunitas PREMAN MENGAJAR itu sendiri agar dapat meningkatkan taraf kesejahteraan hidupnya, juga untuk membantu anak-anak di daerah pelosok agar tetap dapat menikmati pendidikan yang tepat dari para pendidik yang berkualitas.


Selain itu tujuan lainnya yang ingin dicapai dari pengabdian masyarakat ini adalah pemahaman teknik mendidik dan mengajar sekaligus pemahaman materi bagi anggota PREMAN MENGAJAR agar dapat menjalankan perannya dengan optimal dan menyampaikan ilmu pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.


Publikasi Media Cetak : Klik Di sini