Dari Sopir Tahu hingga Pemilik Pabrik Perjalanan Inspiratif, Warga Busu Bangkitkan Industri Tahu Lokal

Di awal tahun 2000-an, seorang pria sederhana bernama Samsul Arifin asal Dusun Busu Desa Slamparejo, Jabung-Malang, memulai perjalanannya sebagai sopir pengantar tahu ke berbagai pasar tradisional. Selama enam tahun ia setia menjalankan pekerjaannya, menyusuri jalanan dari pagi buta hingga siang demi mengantar produk tahu ke tangan para pedagang. Namun karena jarak dan waktu tempuh yang semakin berat, ia memutuskan untuk berhenti dan mencoba berbagai pekerjaan lain, mulai dari sopir toko besi hingga kuli bangunan.

Namun, dunia tahu seolah sudah melekat dalam hidupnya. Pada awal tahun 2010-an, dengan tekad dan semangat pantang menyerah, ia kembali ke industri tahu bersama sang kakak. Bermodalkan niat dan pengalaman masa lalu, ia mulai memproduksi tahu sendiri — dari hanya 1 kwintal kedelai per hari, kini usahanya mampu mengolah hingga 5 kwintal setiap harinya.

Tak hanya itu, ketika momen-momen besar seperti Maulid Nabi atau Hari Raya tiba, kapasitas produksi bisa melonjak hingga dua kali lipat!

Saat ini, pabrik tahu yang ia rintis telah berkembang pesat. Setiap hari, ia mengirimkan 25–30 box tahu ke Pasar Nongkojajar sejak pukul 3 pagi hingga 6 pagi. Tak hanya itu, pengiriman juga menjangkau berbagai pasar di Kota Malang seperti Pasar Blimbing, Kebalen, dan Tawangmangu dengan jumlah sekitar 20–25 box per hari.


Selain mampu memenuhi kebutuhan pasar lokal, usaha tahu ini juga memberikan dampak sosial yang positif. Setiap harinya, usaha ini membuka lapangan pekerjaan bagi 4 hingga 5 orang, membantu roda perekonomian warga sekitar terus berputar.

Kisah ini menjadi bukti bahwa dengan niat, kerja keras, dan keyakinan, siapa pun bisa bangkit dan membangun usahanya sendiri — bahkan dari nol. Sebuah inspirasi nyata dari Temas, Batu, untuk Indonesia.


0 Comments:

Posting Komentar