Tragedi Gugurnya Para Pahlawan Kali Jahe di Desa Pandansari Lor Kecamatan Jabung

Kisah Heroik Kompi Gagak Lodra dalam Pertempuran Melawan Belanda di Dusun Begawan, Pandansari Lor - Pada masa kelam Agresi Militer Belanda II, tepat tanggal 19 Desember 1948, dentuman senjata mengguncang tanah Malang. Kompi Gagak Lodra, pasukan gagah berani yang dipimpin oleh Kapten Sabar Soetopo, mendapat mandat mulia: membuka jalan bagi Batalyon Samsul Islam dan Batalyon Abd. Syarif. Tugas ini bukanlah perkara mudah—nyawa taruhannya.

https://www.kampungadat.com/2025/09/tragedi-gugurnya-para-pahlawan-kali-jahe-desa-pandansari-lor-kecamatan-jabung.html
Di tengah kabut pagi, pertempuran pecah. Rentetan peluru berdesing, meledak bersama semangat juang yang membara. Pasukan Belanda berusaha menutup jalan, namun keberanian Kompi Gagak Lodra tak tergoyahkan. Mereka bertempur habis-habisan, dada mereka menjadi tameng, nyawa mereka menjadi taruhan. Pertempuran itu dimenangkan, tetapi harga yang harus dibayar sungguh mahal. Tubuh-tubuh pejuang berserakan, darah mereka menyuburkan bumi pertiwi.

Esok harinya, 20 Desember 1948, perintah baru datang. Seksi Soeseno ditugaskan bertahan di Wajak hingga Desa Garotan, sementara Seksi Soetomo menjaga Wajak Utara. Mereka bukan hanya menghadang, tapi juga menghambat laju musuh yang semakin buas. Pertempuran kembali berkobar di banyak titik. Asap mesiu menutupi langit, jeritan perih bercampur dengan pekik semangat perjuangan.

https://www.kampungadat.com/2025/09/tragedi-gugurnya-para-pahlawan-kali-jahe-desa-pandansari-lor-kecamatan-jabung.html
Namun, perjuangan belum usai. Dalam pelariannya, Kompi Gagak Lodra mencari tempat untuk mengatur napas dan mengonsolidasikan kekuatan. Dusun Begawan, Desa Pandansari Lor, Kecamatan Jabung, menjadi pilihan. Mereka berharap sejenak beristirahat, menyusun strategi, dan menenangkan diri. Tetapi takdir berkata lain. Belanda telah lebih dulu menguasai daerah itu.

Tanpa ampun, pasukan musuh menggempur. Serangan datang tiba-tiba, bagaikan badai menghantam perahu rapuh. Para pejuang terjebak, tak sempat menghindar. Pertempuran sengit meledak di tengah dusun yang tenang. Jeritan “Merdeka!” menjadi saksi terakhir keberanian mereka.

https://www.kampungadat.com/2025/09/tragedi-gugurnya-para-pahlawan-kali-jahe-desa-pandansari-lor-kecamatan-jabung.html
Di antara kobaran api perlawanan, Kapten Sabar Soetopo berdiri tegak, memimpin hingga tetes darah terakhir. Ia gugur bersama kurang lebih 40 orang pasukannya, termasuk dua kadet muda yang penuh harapan Kadet Subandi dan Kadet Sumartono. Mereka berkorban, bukan hanya untuk tanah Malang, tetapi untuk Indonesia yang mereka cintai.

Sebagian kecil pejuang berhasil meloloskan diri ke perkampungan penduduk, membawa serta kisah heroik yang kelak abadi dalam ingatan bangsa. Sementara itu, tanah Dusun Begawan menjadi saksi bisu, tempat darah para pahlawan menyatu dengan bumi, mengukir sejarah yang tak akan pernah pudar.

Inilah kisah perjuangan para pahlawan Kali Jahe—kisah tentang keberanian, pengorbanan, dan cinta tanpa batas pada kemerdekaan. Mereka mungkin telah gugur, tetapi semangat mereka tetap hidup, menyala di dada setiap generasi penerus bangsa.

Dikutip dari Nararasi Upacara 17 Agustus di Pakam Pahlawan di Joban Jahe Tahun 2025

0 Comments:

Posting Komentar