Remaja dan Topeng Jabung, Menjaga Warisan dan Merawat Identitas

Di tengah derasnya arus modernisasi dan tren global yang menggoda generasi muda, segelintir remaja di Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, justru memilih jalan berbeda. Mereka tidak larut dalam budaya instan, melainkan menoleh ke belakang — pada akar tradisi, pada seni yang hampir terlupakan: Topeng Jabung.

Topeng Jabung bukan sekadar seni tari, tetapi wujud ekspresi kebudayaan masyarakat Jabung yang penuh makna. Gerakan tari yang penuh simbol, iringan musik gamelan yang syahdu, serta topeng kayu yang diukir dengan nilai-nilai filosofis, semuanya merepresentasikan identitas dan kebijaksanaan lokal.


Di antara para pelestari muda itu, ada nama-nama remaja yang kini mulai dikenal di lingkup desa. Mereka rela menyisihkan waktu dari kesibukan sekolah dan gawai, demi berlatih menari, mengukir topeng, atau menjadi bagian dari tim pengiring gamelan. Bagi mereka, menjaga Topeng Jabung adalah bentuk cinta terhadap leluhur, sekaligus tanggung jawab sebagai generasi penerus.

"Kami tidak ingin hanya menjadi penonton. Kami ingin menjadi pelaku. Supaya anak-anak nanti juga tahu kalau kita punya budaya sendiri yang indah," ujar puspita (16), salah satu remaja penggiat tari topeng di Dusun Busu, Slamparejo.


Keterlibatan remaja ini tidak terjadi begitu saja. Banyak dari mereka terinspirasi oleh para seniman sepuh yang dengan sabar membimbing, dan juga oleh komunitas budaya seperti Sangar Cerita Kampung Treteg yang membuka ruang kreativitas dan pelestarian budaya secara terbuka.

Selain tampil di acara desa, remaja-remaja ini juga aktif saat ada tamu berkunjung, seperti rombongan wisata budaya, sekolah, bahkan turis asing. Dengan percaya diri, mereka menari mengenakan topeng sambil mengisahkan cerita rakyat Jawa Timur yang sarat pesan moral.


Lebih dari sekadar tampil di panggung, kepedulian mereka terhadap Topeng Jabung menjadi simbol kebangkitan kesadaran budaya di kalangan muda. Bahwa tradisi bukanlah beban masa lalu, tapi bekal untuk masa depan.


Topeng bukan hanya tentang wajah yang ditutup kayu. Ia adalah wajah kita sendiri — sebagai bangsa yang kaya budaya. Dan selama masih ada remaja yang peduli, topeng-topeng itu tidak akan pernah kehilangan suara.

0 Comments:

Posting Komentar