Di tengah modernisasi yang menggempur budaya tradisional, muncul secercah harapan dari seorang anak kecil yang luar biasa. Zulfikar, atau yang lebih akrab disapa Ki Upik, adalah seorang dalang alit (dalang cilik) yang berasal dari Pakis, Kabupaten Malang. Putra dari Bapak Saikhu ini saat ini masih duduk di bangku kelas 4 SD, namun kiprahnya dalam dunia pewayangan sudah memukau banyak orang.
Bertempat di Dusun Busu, Desa Slamparejo, Kecamatan Jabung, Ki Upik tampil membawakan pertunjukan wayang kulit dengan penuh penghayatan dan ketekunan yang tak biasa untuk anak seusianya. Suara lantangnya saat mendalang, gerakan tangannya saat memainkan wayang, serta kemampuannya menghidupkan cerita pewayangan membuatnya disebut sebagai aset besar budaya lokal.
Tak sekadar menghibur, kehadiran Ki Upik menjadi simbol penting bahwa semangat melestarikan budaya leluhur masih hidup dan terus menyala, bahkan dalam diri generasi muda. Di tengah gempuran budaya digital dan hiburan instan, keberanian seorang anak untuk memilih jalur tradisi adalah hal yang sangat patut diapresiasi dan didukung.
Wayang kulit bukan hanya pertunjukan seni, tapi juga warisan nilai-nilai luhur, filosofi kehidupan, dan pendidikan karakter. Ketika seorang anak seperti Ki Upik memilih menjadi dalang, ia bukan hanya bermain wayang, tapi juga sedang merawat peradaban.
Kami mengajak seluruh masyarakat, pemerintah, dan pecinta budaya untuk bersama-sama mensupport perjalanan Ki Upik. Baik melalui pelatihan, dukungan moral, sarana pertunjukan, maupun promosi, agar ia dapat terus berkembang dan menjadi dalang hebat di masa depan.
Karena sejatinya, budaya akan terus hidup jika diwariskan. Dan Ki Upik adalah salah satu bukti bahwa warisan itu masih punya tempat, bahkan di hati anak-anak.
Foto by Anom Harya Wicaksana
0 Comments:
Posting Komentar