Desa Kenongo adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Secara geografis, desa ini berbatasan dengan Desa Sukopuro di utara, Desa Jeru Kecamatan Tumpang di selatan, Desa Ngadirejo di timur, dan Desa Sukoanyar Kecamatan Pakis di barat. Desa Kenongo terbagi menjadi dua dusun, yaitu Dusun Kenongo dan Dusun Precet, dengan luas wilayah sekitar 181,28 hektare, mayoritas dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.


Potensi Pertanian dan Peternakan

Sebagian besar masyarakat Desa Kenongo bekerja sebagai petani, dengan lahan pertanian mencapai 164,13 hektare. Komoditas utama adalah tebu, yang hasilnya didistribusikan hingga ke luar Kabupaten Malang. Selain itu, warga juga menanam padi, jagung, singkong, serta tanaman hortikultura seperti cabai dan sawi.

Potensi peternakan juga berkembang di desa ini. Warga memelihara ayam pedaging, kambing, hingga sapi. Dari sektor peternakan, ayam pedaging menjadi usaha yang paling dominan.

UMKM Desa Kenongo

Selain sektor pertanian, Desa Kenongo memiliki UMKM yang berkembang pesat, antara lain:

  • Bawang Goreng (bawang merah & putih goreng) yang dipasarkan ke warung dan rumah tangga.

  • Mie Lidi dan olahan makanan pedas seperti makaroni goreng, keripik usus, keripik kaca, hingga basreng. UMKM ini dikembangkan oleh warga setempat, salah satunya milik Ibu Nuriya yang cukup dikenal di kawasan Jabung.

Wisata Taman Kenongo

Potensi wisata di Desa Kenongo juga tak kalah menarik. Salah satu destinasi yang sudah berkembang baik adalah Taman Kenongo yang berada di Dusun Precet, dekat kantor desa. Taman ini dilengkapi dengan:

  • Kolam renang luas dengan ember tumpah & seluncuran.
  • Taman bunga, pujasera, dan area bermain anak.
  • Hewan hias seperti burung merak di kandang khusus.
  • Fasilitas umum lengkap (toilet, ruang bilas, ruang ganti, area parkir).

Harga tiket masuk Taman Kenongo sangat terjangkau, hanya Rp15.000/orang baik weekday maupun weekend. Parkir motor dikenakan Rp3.000. Tempat wisata ini buka setiap Sabtu–Kamis pukul 09.00–17.00 WIB (hari Jumat libur).

Menariknya, pengelola juga sedang menambah wahana baru berupa roller coaster mini sehingga akan semakin menambah daya tarik wisata ini.



Potensi Desa Kenongo Sebagai Desa Wisata

Dengan letaknya di ketinggian sekitar 450 mdpl, suhu rata-rata 19 °C, dan dekat dengan kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Desa Kenongo berpotensi besar menjadi desa wisata sekaligus rest area bagi wisatawan yang menuju Bromo.

Selain potensi alam, pertanian, dan wisata, Desa Kenongo juga kaya akan budaya tradisional seperti jaranan, pencak silat, serta adat istiadat lokal yang masih lestari. Ditambah dengan keberadaan sungai yang bersih dengan ekosistem yang terjaga, Desa Kenongo semakin layak dikembangkan sebagai destinasi wisata unggulan di Kabupaten Malang.

Desa Wisata Ngadirejo adalah salah satu destinasi wisata unggulan di Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang. Desa ini menjadi salah satu pintu gerbang menuju kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), sehingga tak heran jika keindahan alamnya begitu mempesona.

Dengan kontur perbukitan dan dataran tinggi, udara di Desa Ngadirejo terasa sejuk dan segar. Lanskap hamparan ladang, kebun, hingga hutan alami menghadirkan panorama yang menenangkan, membuat siapa saja yang berkunjung betah berlama-lama di sini.

Wisata Air Terjun “Seribu Coban”

Kecamatan Jabung dikenal dengan julukan “Seribu Coban”, karena hampir setiap desanya memiliki air terjun indah yang memikat wisatawan. Desa Wisata Ngadirejo pun tak kalah menarik, karena dikelilingi oleh beberapa coban populer seperti:

  • Coban Jidor
  • Coban Jodo
  • Coban Singo (Coban Arema)
  • Coban Suko
  • Coban Kricik

Setiap coban memiliki pesona yang khas, mulai dari aliran air yang deras, tebing-tebing indah, hingga suasana asri yang cocok untuk melepas penat dari hiruk pikuk kota.

Kuliner Khas: Sambel Bakar

Tak hanya menawarkan keindahan alam, Desa Wisata Ngadirejo juga punya kuliner unik yang sayang untuk dilewatkan, yaitu Sambel Bakar. Sesuai namanya, sambal ini dibuat dengan cara dibakar di atas cobek yang diletakkan langsung di atas perapian, mirip seperti penyajian hotplate, tetapi menggunakan media tradisional.

Pengunjung bisa ikut serta dalam proses pembuatannya, sekaligus mencicipi sensasi pedas khas pedesaan yang menggugah selera. Bagi yang ingin membawa pulang, tersedia pula Sambel Bakar dalam kemasan praktis sebagai oleh-oleh khas Ngadirejo.

Kopi Lanang & Buah Durian

Desa Ngadirejo juga dikenal sebagai penghasil kopi berkualitas, terutama jenis kopi lanang yang sudah menjadi kebanggaan masyarakat. Tak hanya itu, saat musim tiba, wisatawan bisa merasakan legit dan manisnya durian lokal yang banyak dibudidayakan warga setempat.

Wisata Edukatif & Menyegarkan

Bagi wisatawan yang ingin refreshing, menghirup udara segar pedesaan, sekaligus belajar tentang potensi lokal, Desa Wisata Ngadirejo adalah pilihan tepat. Keindahan coban, kenikmatan kuliner, hingga keramahan masyarakat membuat pengalaman berwisata semakin berkesan.




Sumber
https://matic.malangkab.go.id/
https://sidita.disbudpar.jatimprov.go.id/

Desa Kemiri, yang terletak di Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, adalah desa dengan potensi luar biasa dalam bidang pertanian dan peternakan. Sebagai salah satu desa di dataran tinggi, Desa Kemiri menawarkan peluang besar dalam sektor hortikultura, peternakan sapi, dan tanaman hias yang dapat mendongkrak perekonomian lokal. Artikel ini akan membahas potensi Desa Kemiri, tantangan yang dihadapi, serta peran generasi muda dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan di desa ini.
https://www.kampungadat.com/2025/08/potensi-desa-kemiri-inovasi-dan-kolaborasi-untuk-pembangunan-berkelanjutan-di-malang.html
Rest Area Desa Kemiri [Gambar Ilustrasi]

Keunggulan Desa Kemiri: Hasil Pertanian dan Peternakan yang Menjanjikan

Desa Kemiri terkenal dengan hasil pertanian unggulannya, seperti kopi dan tanaman ladang lainnya, yang menjadi sumber mata pencaharian bagi sebagian besar warganya. Namun, yang paling menonjol adalah sektor peternakan sapi. Koperasi Unit Desa (KUD) Jabung memegang peran kunci dalam mengelola peternakan sapi di desa ini, dengan produk susu sapi yang tidak hanya dikonsumsi lokal tetapi juga dikirim ke perusahaan besar seperti Nestle di Pasuruan.

Jumlah sapi di Desa Kemiri bahkan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduknya, yang menandakan betapa besar potensi peternakan sapi yang dapat terus berkembang. Produk susu sapi Desa Kemiri menjadi oleh-oleh khas yang banyak dicari oleh wisatawan dan penduduk dari luar desa.

Bunga Hias dan Konservasi Alam: Peran Desa Kemiri dalam Pelestarian Flora

Selain peternakan, Desa Kemiri juga dikenal dengan komoditas bunga hiasnya, terutama bunga seruni. Bersama dengan desa-desa tetangga seperti Pujon, Poncokusumo, dan Dau, Desa Kemiri turut berperan dalam pelestarian bunga hias yang banyak diminati oleh pasar tanaman di Indonesia. Pelestarian flora ini bukan hanya mendukung ekonomi desa, tetapi juga menjaga kelestarian alam yang ada di sekitar Desa Kemiri.

Peran Generasi Muda dalam Membangun Desa Kemiri

Generasi muda memiliki peran sangat penting dalam membawa perubahan di Desa Kemiri. Inovasi dan kreativitas dari generasi muda bisa menjadi kunci untuk mengatasi tantangan yang ada. Tidak perlu ide besar untuk memulai perubahan; teknologi sederhana, pemanfaatan sumber daya lokal, serta kolaborasi dengan berbagai pihak bisa membawa dampak besar bagi kesejahteraan warga desa.

Melalui partisipasi aktif, generasi muda dapat ikut serta dalam pembangunan ekonomi desa yang lebih mandiri, mengembangkan potensi lokal, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat Desa Kemiri. Selain itu, peran generasi muda juga sangat penting dalam menjaga keberlanjutan usaha pelestarian alam dan budaya lokal yang telah ada.

Jaran Monel Ala Desa Kemiri Jabung

Desa Kemiri juga memiliki sebuah kesenian tradisional yang kaya akan cerita, yaitu Jaran Monel. Kesenian ini merupakan gabungan unik dari dua jenis kesenian, Jaran Kecak dan Jaran Kepang, yang disatukan dalam sebuah pertunjukan yang memikat. Jaran Monel bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga merupakan simbol kekuatan dan kebudayaan yang diciptakan oleh tokoh-tokoh seni di Desa Kemiri.

Seiring waktu, kesenian ini mulai meredup, seiring dengan perubahan zaman yang membawa dinamika baru. Sayangnya, minat generasi muda untuk meneruskan tradisi ini semakin berkurang. Jaran Monel, yang dulunya menjadi kebanggaan desa, kini terancam terlupakan. Namun, masih ada harapan untuk menghidupkan kembali semangat seni ini melalui upaya pelestarian dan peran aktif komunitas yang peduli terhadap budaya lokal.

Mari Bersama Membangun Desa Kemiri
Bagi generasi muda, saatnya untuk berinovasi dan berkontribusi dalam pembangunan Desa Kemiri. Inovasi sederhana yang dimulai dari hal kecil dapat memberikan dampak besar, tidak hanya bagi desa ini tetapi juga bagi masyarakat di seluruh Indonesia.

Kata Kunci SEO:

  • Potensi Desa Kemiri
  • Inovasi Desa Kemiri
  • Peternakan Sapi Desa Kemiri
  • Kopi Desa Kemiri
  • Bunga Seruni Desa Kemiri
  • Pembangunan Desa Kemiri
  • Infrastruktur Desa Kemiri
  • Generasi Muda Desa Kemiri
  • Perekonomian Desa Kemiri
  • Pelestarian Alam Desa Kemiri

Desa Kemantren di Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, memiliki jejak sejarah yang panjang. Menurut penuturan para sesepuh, kawasan ini dahulu berupa hutan rimba (alas) yang kemudian dibuka sedikit demi sedikit oleh para pendatang. Salah seorang tokoh pembuka wilayah dipercaya dimakamkan di daerah Alaskulak, tempat yang kemudian dianggap keramat dan dikenal sebagai situs “Petren” atau “Dayangan”.


https://www.kampungadat.com/2025/08/sejarah-desa-kemantren-asal-usul-tradisi-dan-perkembanganya.html
Seiring berjalannya waktu, hutan itu beralih fungsi menjadi permukiman. Aktivitas ekonomi awal masyarakat Kemantren banyak bertumpu pada hasil hutan. Penduduk melakukan kulak hasil hutan, yaitu membeli dan menjual kembali kayu, hasil bumi, maupun tanaman hutan. Dari aktivitas inilah lahir identitas lokal yang melekat pada asal-usul Desa Kemantren.

Pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, kehidupan masyarakat berlangsung sederhana. Tekanan ekonomi dan sosial membuat warga harus bertahan dengan kondisi serba terbatas. Rumah-rumah masih berdinding gedek (anyaman bambu), sedangkan penerangan malam hari hanya memanfaatkan minyak dari pohon jarak. Meski begitu, masyarakat tetap menjaga budaya dan tradisi leluhur.

Salah satu tradisi penting adalah bersih desa serta ritual sakral bernama “tandakan”, sebuah tarian spiritual yang pernah populer terutama di masa kepemimpinan Petinggi Pudjan. Tradisi ini menjadi wujud rasa syukur sekaligus pengikat persaudaraan warga.

Dalam hal kepemimpinan, Desa Kemantren sejak dahulu dipimpin oleh tokoh-tokoh asli masyarakat setempat. Mulai dari Kyai Marsuin di awal abad ke-20 hingga H. Mulyono yang menjabat sebagai Kepala Desa periode 2019–2025, estafet kepemimpinan tersebut mencerminkan kuatnya ikatan antara masyarakat dan tanah kelahiran mereka.

Hari ini, Sejarah Desa Kemantren Malang menjadi bagian penting dalam identitas masyarakat. Perjalanan panjang dari hutan belantara, masa penjajahan, hingga menjadi desa yang terus berkembang, menunjukkan bahwa Desa Kemantren tidak hanya menyimpan cerita masa lalu, tetapi juga menjadi sumber inspirasi untuk generasi mendatang.

Desa Jabung adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang. Namanya mungkin terdengar sederhana, tetapi sejarah di baliknya ternyata menyimpan dua versi cerita yang berbeda. Mana yang benar? Itu semua kembali pada kepercayaan masing-masing.

Informasi tentang sejarah nama Jabung berasal dari beragam sumber:

https://www.kampungadat.com/2025/08/jejak-asal-usul-nama-jabung-antara-prasasti-kitab-dan-cerita-sesepuh.html

dari kisah turun-temurun para sesepuh desa, hasil kajian para arkeolog, hingga penafsiran dari Prasasti Kajabung yang menjadi artefak penting.

Versi dari Prasasti Kajabung

Dalam bahasa Indonesia, “Kajabung” diartikan sebagai mengambil kesempatan atau menunggu di suatu tempat. Dalam bahasa Jawa, istilah ini sepadan dengan kata nyanggong—menunggu atau menghadang, bahkan bisa berarti menunggu gerombolan pengacau lewat. Makna ini disimpulkan dari penafsiran prasasti yang kemudian dipadukan dengan cerita lisan dari para tetua desa.

Versi dari Kitab Paseban Yuda

Pendapat lain datang dari arkeolog sekaligus dosen Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono. Menurutnya, kata Jabung berasal dari istilah Jebing, yang ditemukan dalam Kitab Paseban Yuda. Dalam catatan kuno itu, Jabung disebut sebagai nama sebuah kepatihan yang sudah ada sejak tahun 760 Masehi.

Versi Cerita Sesepuh

Lain halnya dengan kisah yang diceritakan Mbah Giran, salah satu sesepuh masyarakat setempat. Menurutnya, pada masa penjajahan, Jabung adalah markas penting para penjajah karena lokasinya menjadi jalur penghubung antarwilayah kekuasaan. Dari sinilah muncul dugaan bahwa kata “Jabung” adalah singkatan dari Jajah (penjajah) dan Hubung (penghubung).

  • sejarah Desa Jabung
  • asal-usul Desa Jabung Malang
  • sejarah nama Jabung
  • Prasasti Kajabung
  • Kitab Paseban Yuda
  • cerita sesepuh Desa Jabung


Dari berbagai versi ini, kita melihat bahwa asal-usul nama Jabung adalah mosaik sejarah yang terbentuk dari catatan kuno, prasasti, dan cerita rakyat. Mana yang paling benar? Biarlah waktu, bukti, dan keyakinan pribadi yang menjawabnya.


Sumber : www.wearemania.net